Makalah Shorof bab Idghom
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang
mendapat kehormatan menjadi bahasa yang di gunakan oleh Allah
dalam menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab suci al qur’an dan umat pertama
yang mengemban risalah pengembangan islam menggunakan bahasa arab.
dan sampai saat ini posisi bahasa arab tidak tergantikan dan memang tidak boleh di gantikan.
Ada beberapa ibadah yang mesti dilakukan dengan menggunakan bahasa arab,
seperti sholat misalnya. Tidaklah sah sholat seseorang jika menggunakan bahasa selain bahasa arab.
Al- qur’an pun tetap digunakan dalam bahasa arab, kalaupun ada terjemahannya,
itu harus tetap ada bagian bahasa arabnya. Dan untuk sumber-sumber pengetahuan dalam
agama islam itu sebagian besar ada dalam kitab-kitab berbahasa arab. Imam
Asy-Syafi’imengatakan, Manusia menjadi buta agama,
bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab,
dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles.
Berangkat dari itu,
maka penulis mencoba menguraikan bab idgham yang merupa kan salah satu bab yang harus di ketahui oleh mahasiswa
yang mempelajari bahasa arab utamanya mahasiswa jurusan Ma’hadAly Pon. pes. Sunan Drajat.
B.
RumusanMasalah
1.
Apa pengertian Idgham ?
2.
Berapa Pembagian Idgham ?
3.
Ada Berapa Hukum Idgham ?
C.
TujuanPenulisan
1.
Mengetahui pengertian Idgham
2.
Mengetahui Pembagian Idgham
3.
Mengerti Hukum Idgham
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PengertianIdgham
Kata idgham (ادغام)
secarabahasaberartimemasukkan, yang diambildari kata أدغم.
Sedangkanpengertianidghamsecaraistilahadalah
وهو في الاصطلاح الاتيان بحرفين ساكن ومتحرك من
مخرج واحد بلا فاصل بينهما
Artinya
: Mendatangiataumengucapkanduahuruf, yang satumatidan yang lain
berharokatdarimahroj yang sama, denganpngucapan yang
tidakadapemisahdiantarakeduanya.Dengancaradiberitasydidsepertiمَدَّ يَمُدُّ
مَدًّاasalnyaadalahمَدَدَ يَمْدُدُ
مَدْدًا.
Didalamidgham,
huruf yang pertamadisukunkansedangkanhuruf yang
keduadiberiharokatdengantanpaadanyapemisahdiantarakeduahuruftersebut.
Adakalanyasukunnyahuruf
yang pertamamemangasalsepertiمَدًّا ataudenganpembuanganharokatsepertiمَدَّ danشَدّ ,
ataudenganmemindahkanharokat (huruf yang pertama) padahurufsebelumnyasepertiيَمُدّdanيشُدُّ .
Pengidghamanhurufdapatterjadipadaduahuruf
yang berdekatanmakhrojnya (المتقاربين)
ataupunduahuruf yang samadalammakhrojnya (المتجانسين), haltersebutdapatdilakukandengancaramenggantihuruf
yang pertama agar menyamaihuruf yang keduasepertiامّحىasalnyaانمحى ikutwazanانفعل ,
ataupundenganmenggantihuruf yang kedua agar menyamaihuruf yang pertamasepertiادّعىasalnyaادتعىikutwazanافتعل .
B.
PembagianIdgham
1.
Idghamterbagipadaidghamshaghirdanidghamkabir.
a.
IdghamShaghiradalahidgham yang
hurufpertamanyasukundariasal.
b.
IdghamKabiradalahidgham yang
keduahurufnyasama-samaberharokat kamudianhuruf yang
pertamadisukunkanataumemindahharokathuruf yang pertamapadahurufsebelumya.
Adapunalasandikatakanidghamkabirkarnadalamidghamkabirterdapatduatahapan,
yaitumensukunkandanmemasukkan (ادغام)
sedangkandidalamidghamshaghirhanyamemasukkansaja.
C.
HukumIdgham
Hukumidghamterbagimenjaditiga,
yaituwajib, bolehdantidakboleh.
1.
Idgham Yang Diwajibkan
Idghamdiwajibkandalamduahuruf yang
satujenisapabilaberkumpuldalamsatukalimat, baikkeduanyaberharokatsepertiمَرَّ يَمُرُّ asalnyaمَرَرَ يَمْرُرُ , atauharuf yang
pertamasukunsedangkanhuruf yang keduaberharokatsepertiمَدًّاdanعَضًّاasalnyaمَدْدَاdanعَضْضًا . adapunperkataanpenyairالحمد لله
العَلِّيِّ اْلاَجْلَلِ
, makatermasukkeadaandaruratdalamkalamsya’ir. sedangkan yang
sesuaidengankaidahshorrofadalahالاَجَلِّ .
Kemudianapabilahuruf yang pertamadarikeduahuruf
yang satujenisitusukun, makalangsungdiidghamkanpadahuruf yang
keduatanpamelakukan perubahansepertiشَدٍّdanصَدٍّasalnyaشَدْدٍdanصَدْدٍ. danapabilahuruf yang
pertamaberharokat, makaharokatnyadibuang (disukunkan)
kemudiandiidghamkanapabilahurufsebelumnyaberharokatatauberupahuruf mad sepertiرَدَّdanرَادٌّasalnyaرَدَدَdanرَادِدٌ , sedangkanapabilahuruf
yang sebelumnyasukun, makamemindahkanharokatnyahuruf yang
pertamapadahurufsebelumnyasepertiيَرُدُّasalnyaيَرْدُدُ .
Wajibmengidghamkanduahurufمثلين yang bersandingan yang
manahurufpertamasukun, apabilaberadadalamduakalimat yang sepertisatukalimat,
hanyasajaapabilahuruf yang keduaberupadlomir,
makawajibmengidghamkansecaralafaddanpenulisan, sedangkanapabilahuruf yang
keduabukanberbentukdlomir, makawajibmengidghamkansecaralafadsaja, seperti:سَكَتُّ،
سَكَتَّـا، عَنَّا، عَلَيَّ، اكتُبْ بِالقلم، قُلْ له، استغفِرْ ربَّك.
2.
Idgham Yang Diperbolehkan
Diperbolehkanmengidghamkanhurufatautidakmenghidghamkanhurufdalamempatkeadaan
:
a.
Huruf yang pertamadariduahuruf yang sama (مثلين) berharokatsdangkanhuruf
yang keduadisukunkandengansukun yang bukanasal (عارض) karena di jazemkandsb.
contoh: لم يمُدَّ و مُدَّdenganmengidghamkandanلم يمدُدْdengantidakmengidghamkan,
daninilebihbiak, demikian pula didalam al-Qur’an قال الله تعالى
” يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ” (النور : 35) وقال ”
وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ ” (يونس : 88).
b.
Apabila ain (عين) fi’il dan lam (لام) fi’il suatu kalimat berupa ya’ (ياء) yang lazim serta ya’ yang kedua berharokat, contoh :
عَيِيَ وحَيِيَ , maka boleh juga kita ucapkan dengan idgham : عَيَّ وحَيَّ .
c.
Apabila pada permulaan
fi’il madli terdapat dua ta’ (تاء), contoh : تَتَابَعَ
وتَتَبَّعَ ,
maka hukum idgham diperbolehkan serta menambahkan hamzah washol dipermulaannya
agar tidak dimulai dengan huruf yang sukun, contoh : اِتَّابَع
واِتَّبَع .
kemudian apabila yang demikian adalah fi’il mudlorik, maka tidak boleh
diidghamkan, bahkan diperbolehkan meringankannya (تخفيف) dengan membuang salah satu ta’nya, contoh : تَتَجَلَّى
وتَتَلَظَّى
menjadi تَجَلَّى وتَلَظَّى , contoh lain firmah Allah SWT. ” تنزل الملائكة
والروح ” (القدر : 4) وقال ” نارا تلظى ” (الليل : 14) maksudnya تَتَنَزَّل
وتَتَلَظَّى .
dan yang demikian ini sering sekali digunakan.
d.
Dua huruf yang sama
bersandingan dalam dua kalimat serta sama-sama berharokat, contoh : جعلَ لي وكتبَ
بالقلم ,
maka boleh diidghamkan dengan mensukunkan huruf yang pertama : جعلْ لي وكتبْ
بالقلم ,
hanya saja dalam hal ini pengidghaman husus secara lafad bukan secara tulisan.
3.
Tempat-Tempat Yang DilarangMelakukanIdgham
Tidakbolehmelakukanidghamdidalamtujuh (7)
tempat :
- Apabilakeduahurufmitslainmenjadipermulaan
kata, contoh : دَدَنٍ ودَدًا ودَدٌ ودَدَانِ
وتَتَرٍ ودَنَنٍ .
- Keduanyaberadapadakalimatisim
yang mengikutiwazanفُعَلٍ , contoh : دُرَرٍ
وجُدَدٍ وصُفَفٍataumengikutiwazanفُعُلٌ , contoh : سُرُرٍ وذُلُلٍ وجُدُدٍataumengikutiwazanفِعَلٍ , contoh : لِمَمٍ
وكِلَلٍ وحِلَلٍataumengikutiwazanفَعَلٍ , contoh : طَلَلٍ ولَبَبٍ وخَبَبٍ .
- Keduanyabaradapadawazan yang
ditambahuntukdisamakan (denganwazanfi’ilruba’i) , baiktambahannyaadalahsalahsatudariduahuruftersebutataubukan,
contoh : جَلْبَبَdanهَيْلَلَ .
- Hurufpertamadarihurufmitslainbersambungdenganhuruf
yang menjadi target idgham (مدغم فيه) , contoh : هَلَّلَ ومهَلَّلٍ، شَدَّدَ ومشَدَّدٍ , apabiladalamcontohinimasihdiidghamkanlagi, makaakanterjadipengulanganidgham
yang tidakdiperbolehkan.
- Dalamwazanأَفْعَلَ yang berfaidahta’ajjub, contoh : أَعْزَزْ
بِالعِلْمِ ! وأَحْبَبْ بِهِ ! makatidakbolehdiidghamkanmenjadiأَعَزَّ بِهِ! وأَحَبَّ بِهِ! .
- Salah satunyadisukunkan
(bukansukun yang asal) dikarenakanbertemudengandlomirrafa’ mutaharrik,
contoh : مددْتُ، مددْنَا، مددْتَ،
مددْتُمْ ومددْتُنَّ .
- Berapalafadsyad (شاذ) yang tidakdiidghamkanoleh orang Arab
sebagaimanatelahdijelaskandidepan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Idghomsecarabahasayaitumemasukkansesuatupadasesuatu
yang lain. Sepertiperkataan orang arab “ أدغمت الثياب في
الوعاء “.
Adapunidghommenurutistilahnyayaitumemasukkanhuruf yang matikedalamhuruf lain
yang sama, yang berharkatdengantanpaadapemisahantarahuruf yang pertamadanhuruf
yang kedua. Sepertilafadzمدّ, شدّ-
مدْد و شدْد.
2.
Pembagianidghomada 2:
Idghomshoghirdanidghomkabir
3.
Sedangkanhukumidghamterbagitigayaituboleh,
wajibdantidakboleh, yang manahalituditinjaudaribentukmasing-masingkalimat.
B.
Saran
Dari penulismakalahdiatas,
secaratersuratmaupuntersirat, yang pastijauhdarikesempurnaan. Makadarisebabitu,
penulismengharapkan saran parapembacagunauntukmemperbaikimakalahselanjutnya.
Oleh Haris Aghilil Anwar
Muhammad bin Mukarram bin Madhur
al-Afriqy al-Mishry, Lisan al-Arob, Bairut, juz 12, hal. 202
Musthafa al-Ghulayayni, Jami’ al-Durus
al-Arabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, juz 2 hal.66-67