Senin, 25 Mei 2015

Terjemah Al Farqu baina Al Firoq bab tujuh



Fasal ke Tujuh
Dari fasal bab ini
Menjelaskan tentang peninggalan / warisan Ahlussunnah bagi Agama dan Dunia, dan menjelaskan tentang Keagungan mereka bagi Agama dan Dunia.
Menghadirkan sebagian warisan Ahlussnnah di berbagai bidang Ilmu-ilmu, maka jelaslah tak seorangpun  menyamai mereka dalam hal ini, dan karangan mereka mengenahi Agama dan Dunia adalah kebanggaan Abadi sepanjang masa bagi umat Nabi Muhammad SAW. Adapun pengaruh mereka yang berupa  pembangunan dalam kemakmuran negara-negara Islam, maka itu telah Masyhur / terkenal di kalangan para pembahas Ilmu, dan telah abadi di kandungan sejarah, sekiranya tidak akan ada yang akan bisa menyamainya, seperti Masjid-masjid, Madrasah, atau Kerajaan dan hubungan bilateral, ciptaan-ciptaan, rumah sakit-rumah sakit, dan semua bangunan-bangunan yang di dasarkan pada Negara-negara Ahlussunnah. Dan tidak ada orang lain, selain orang ahli Sunnah yang mempunyai karya seperti itu.
Walid bin Abdul Malik sudah membangun Masjid Nabawi dan Masjid Damsik dengan indah, dan beliau adalah orang Sunni. Saudaranya Maslamah membangun Masjid di Konstantinopel, dan dia juga merupakan orang Sunni. Dan semua pengaruh-pengaruh atau warisan-warisan yang adadi haramain. Dan semua perkotaan adalah karya dari orang Ahlissunnah.
Adapun perjuangan sebagian golongan Ubaidyyin dalam beberapa pembangunan, maka itu hanyalah sedikit yang tidak bisa di sebutkan mengalahkan karya-karya raja-raja Ahlussunnah dalam memerintah kedaulatan. karna tidak sesuai sebab mereka membangun itu bersamaan dengan jeleknya keyakinan mereka. Seperti halnya firman Allah:

Artinya: Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan Masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.
Dan di sini tidak cukup luas untuk membeber apa yang orang Ahlussnnah tinggalkan berupa peninggalan yang sangat  Agung dalam Agama dan Dunia.
Dan dalam penjelasan ini sekiranya cukup dalam menjelaskan warisan-warisan Ahlussunnah yang tiada batas di ranah Agama dan Dunia.



Ø  dari golongan ahli fiqih dan tokoh – tokoh madzab, adalah imam syafi i dan imam abu khanifah
Ø  kemudian ada murid-muridnya as – syafi’i yang mengumpulkan antara ilmu fiqih dan ilmu kalam, sepert6i abu abbas bin syuraij, setelah itu ada abu hasan al – as’ary,dan murid-muridnya yang terkenal seperti abu hasan al-bahihi dan abu abdillah bin mujahid
Ø  sebelum golongan di atas ada abu – tsaqfi
Ø  adapun imam-imam ahli fiqih pada zaman sahabat dan tabi’in, mereka menyerbarkan ilmu ke seluruh alam dan mereka semua membela ahlu sunnah,
Ø  ada pulahimam dari golongan imam-imam ahli hadist dan sanad 
Ø  seperti halnya yang diatas juga ada ulama ahli nahwu, dan bahasa serta sastra.
Dari golongan kuffah: al – mufadhoh ad-dlobi, a’robi ar-ruwasi,al-ksai. Al – faro i, abu ubaid qosim bin salam DLL
Dari golongan basroh: abul aswad ad-duali, yahya bin muammar dll
Ø  seperti halnya yang di atas, ada juga dari golongan ahli qiroah dan tafsir, serta ulama ahli perang dan sejarah

maka jelaslah dari semua keterangan tadi tentang masalah keutamaan ahlu sunnah semoga allah menjadikan kita termasuk golongan-golongan dari mereka amin

Terjemah Al Farqu baina Al Firoq Bab enam



Ilmu Kalam
Fasal ke enam
Menjelaskan keutamaan-keutmaan Ahlussunnah,Dan Macam-macam Ilmu, serta imam-imamnya.
Perlu di ketahui, tak ada sesuatupun yang di anggap suatu kebanggaan oleh golongan  Ahlussunnah, entah itu berupa pengetahuan-pengetahuan, beberapa ilmu, macam-macam jihad, melainkan orang yang menguasai bidang-bidang tadi dari golongan Ahlussunnah sendiri. Maka seyogyanya kita mengetahui imam-imam ushulluddin dan ulama’ ilmu kalam dari golongan Ahlussunnah.
Orang yang ahli ilmu kalam dari golongan sahabat adalah Ali bin Abi Tholib, yang mendebat golongan khowarij tentag masalah janji dan ancaman. Dan mendebat golongan qodariyah tentang masalah kehendak, kemampuan dan kekuasaan. Kemudian ada Abdullah bin Umar.
Orang yang ahli Ilmu kalam dari golongan Tabi’in adalah umar bin Abdul Aziz,beliau mempunyai tulisan yang luar biasa tentang penolakan terhadap Qodariyah. Kemudian ada Zaid bin Ali Zaainal Abidin,beliau memiliiki kitab tentang penolakan aliran Qodariyah. Lalu ada Hasan Al-basry as sya’bi, serta az zuhri, baru kemudian setelah generasi itu ada Ja’far bin Muammad as shodiq.
Ø  dari golongan ahli fiqih dan tokoh – tokoh madzab, adalah imam syafi i dan imam abu khanifah
Ø  kemudian ada murid-muridnya as – syafi’i yang mengumpulkan antara ilmu fiqih dan ilmu kalam, seperti abu abbas bin syuraij, setelah itu ada abu hasan al – asy’ary,dan murid-muridnya yang terkenal seperti abu hasan al-bahili dan abu abdillah bin mujahid
Ø  sebelum golongan di atas ada abu – tsaqfi
Ø  adapun imam-imam ahli fiqih pada zaman sahabat dan tabi’in, mereka menyebarkan ilmu ke seluruh alam dan mereka semua membela ahlu sunnah,
Ø  ada pula imam dari golongan imam-imam ahli hadist dan sanad 
Ø  seperti halnya yang diatas juga ada ulama ahli nahwu, dan bahasa serta sastra.
Dari golongan kuffah: al – mufadhol ad-dlobi, a’robi ar-ruwasi,al-kisai. Al – faro i, abu ubaid qosim bin salam DLL
Dari golongan basroh: abul aswad ad-duali, yahya bin muammar dll
Ø  seperti halnya yang di atas, ada juga dari golongan ahli qiroah dan tafsir, serta ulama ahli perang dan sejarah

maka jelaslah dari semua keterangan tadi tentang masalah keutamaan ahlu sunnah semoga allah menjadikan kita termasuk golongan-golongan dari mereka amin.


Fasal ke Tujuh
Menjelaskan tentang peninggalan / warisan Ahlussunnah bagi Agama dan Dunia, dan menjelaskan tentang Keagungan mereka bagi Agama dan Dunia.
Menghadirkan sebagian warisan Ahlussnnah di berbagai bidang Ilmu-ilmu, maka jelaslah tak seorangpun  menyamai mereka dalam hal ini, dan karangan mereka mengenahi Agama dan Dunia adalah kebanggaan Abadi sepanjang masa bagi umat Nabi Muhammad SAW. Adapun pengaruh mereka yang berupa  pembangunan dalam kemakmuran negara-negara Islam, maka itu telah Masyhur / terkenal di kalangan para pembahas Ilmu, dan telah abadi di kandungan sejarah, sekiranya tidak akan ada yang akan bisa menyamainya, seperti Masjid-masjid, Madrasah, atau Kerajaan dan hubungan bilateral, ciptaan-ciptaan, rumah sakit-rumah sakit, dan semua bangunan-bangunan yang di dasarkan pada Negara-negara Ahlussunnah. Dan tidak ada orang lain, selain orang ahli Sunnah yang mempunyai karya seperti itu.
Walid bin Abdul Malik sudah membangun Masjid Nabawi dan Masjid Damsik dengan indah, dan beliau adalah orang Sunni. Saudaranya Maslamah membangun Masjid di Konstantinopel, dan dia juga merupakan orang Sunni. Dan semua pengaruh-pengaruh atau warisan-warisan yang ada di haramain. Dan semua perkotaan adalah karya dari orang Ahlissunnah.
Adapun perjuangan sebagian golongan Ubaidyyin dalam beberapa pembangunan, maka itu hanyalah sedikit yang tidak bisa di sebutkan mengalahkan karya-karya raja-raja Ahlussunnah dalam memerintah kedaulatan. karna tidak sesuai sebab mereka membangun itu bersamaan dengan jeleknya keyakinan mereka. Seperti halnya firman Allah:
Artinya: Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan Masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.
Dan di sini tidak cukup luas untuk membeber apa yang orang Ahlussnnah tinggalkan berupa peninggalan yang sangat  Agung dalam Agama dan Dunia.
Dan dalam penjelasan ini sekiranya cukup dalam menjelaskan warisan-warisan Ahlussunnah yang tiada batas di ranah Agama dan Dunia.  
Wallahu A’alamu Bisshowaab


Oleh : Moh.faizal hidayatullah

          Muhammad nafis al-irsyad

          Wahid huda ihsanuddin

Shorof bab Nisbat



Shorof bab Nisbat
NISBAT
I.Rumusan masalah
   Apa pengertian dari Nisbat?
   Apa saja macam-macam Nisbat?
II.Penjelasan
 A.Pengertian Nisbat
 Nisbat adalah menyamakan akhir kalimat isim dengan ya’ yang di tasdyid serta di kasroh huruf sebelumnya.
B.Macam-macam Nisbat
1. Isim yang akhirnya berupa ta’
Jika ada isim yang akhirya berupa ta’ ta’nist atau ta’ marbuto, maka penisbatanya dengan membuang ta’ tersebut.
Contoh:
2.Isim Mangqus
Jika ada isim Mangqus, yang mana ya’ nya terdapat pada urutan ketiga. Maka ya’ tersebut di ganti dengan wawu dan huruf sebelumnya di baca fathah.
Contoh:
Jika ya’ pada urutan ke empat, maka boleh menganti wawu serta di fathah huruf sebelumnya atau boleh juga membuangnya.
Contoh:
Jika ya’ tersebut jatuh pada urutan ke lima atau ke enam, maka ya’ tersebut wajib di buang.
Contoh:
3.Isim Maqsur
Jika ada isim Maqsur yang mana alifnya berada pada urutan ke tiga, maka alifnya di ganti dengan wawu.
Contoh:
Jika alif tersebut pada urutan ke empat dan huruf ke duanya di sukun, maka boleh mengganti alif tersebut dengan wawu. Dan boleh membuang huruf alif tersebut.
Contoh:
Jika huruf ke dua huruf tersebut berharokat atau ya’ lazimah tersebut jatuh pada urutan ke empat, lima, atau enam, maka wajib di buang.
Contoh:
4.Isim Mamdud
Isim Mamdud di nisbatkan, apabila:
1.Jika alifnya tersebut berupa alif tanist, maka hamzahnya di ganti dengan wawu.
Contoh:
2.Jika alifnya asli, maka tetap seperti bentuk aslinya.
Contoh:
Jika hamzahnya tersebut merupakan pergantian wawu atau ya’, maka boleh dua wajah:
    1.menetapkanya
    2.menggantinya dengan wawu.
Akan tetapi menetapkanya di anggap lebih shohih.
Contoh:








Oleh M.Nafis Al-Irsyad dan Imamul Mukhlisin

Shorof bab Idghom



Makalah Shorof bab Idghom
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang mendapat kehormatan menjadi bahasa yang di gunakan oleh Allah dalam menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab suci al qur’an dan umat pertama yang mengemban risalah pengembangan islam menggunakan bahasa arab. dan sampai saat ini posisi bahasa arab tidak tergantikan dan memang tidak boleh di gantikan. Ada beberapa ibadah yang mesti dilakukan dengan menggunakan bahasa arab, seperti sholat misalnya. Tidaklah sah sholat seseorang jika menggunakan bahasa selain bahasa arab. Al- qur’an pun tetap digunakan dalam bahasa arab, kalaupun ada terjemahannya, itu harus tetap ada bagian bahasa arabnya. Dan untuk sumber-sumber pengetahuan dalam agama islam itu sebagian besar ada dalam kitab-kitab berbahasa arab. Imam Asy-Syafi’imengatakan, Manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles.
Berangkat dari itu, maka penulis mencoba menguraikan bab idgham yang merupa kan salah satu bab yang harus di ketahui oleh mahasiswa yang mempelajari bahasa arab utamanya mahasiswa jurusan Ma’hadAly Pon. pes. Sunan Drajat.

B.     RumusanMasalah
1.      Apa pengertian Idgham ?
2.      Berapa Pembagian Idgham ?
3.      Ada Berapa Hukum Idgham ?

C.    TujuanPenulisan
1.      Mengetahui pengertian Idgham
2.      Mengetahui Pembagian Idgham
3.      Mengerti Hukum Idgham





















BAB II
PEMBAHASAN
A.  PengertianIdgham
Kata idgham (ادغام) secarabahasaberartimemasukkan, yang diambildari kata أدغم[1]. Sedangkanpengertianidghamsecaraistilahadalah
وهو في الاصطلاح الاتيان بحرفين ساكن ومتحرك من مخرج واحد بلا فاصل بينهما
           Artinya : Mendatangiataumengucapkanduahuruf, yang satumatidan yang lain berharokatdarimahroj yang sama, denganpngucapan yang tidakadapemisahdiantarakeduanya.[2]Dengancaradiberitasydidsepertiمَدَّ يَمُدُّ مَدًّاasalnyaadalahمَدَدَ يَمْدُدُ مَدْدًا.
           Didalamidgham, huruf yang pertamadisukunkansedangkanhuruf yang keduadiberiharokatdengantanpaadanyapemisahdiantarakeduahuruftersebut.
           Adakalanyasukunnyahuruf yang pertamamemangasalsepertiمَدًّا ataudenganpembuanganharokatsepertiمَدَّ  danشَدّ , ataudenganmemindahkanharokat (huruf yang pertama) padahurufsebelumnyasepertiيَمُدّdanيشُدُّ .
           Pengidghamanhurufdapatterjadipadaduahuruf yang berdekatanmakhrojnya (المتقاربين) ataupunduahuruf yang samadalammakhrojnya (المتجانسين), haltersebutdapatdilakukandengancaramenggantihuruf yang pertama agar menyamaihuruf yang keduasepertiامّحىasalnyaانمحى ikutwazanانفعل , ataupundenganmenggantihuruf yang kedua agar menyamaihuruf yang pertamasepertiادّعىasalnyaادتعىikutwazanافتعل .

B.  PembagianIdgham
1.      Idghamterbagipadaidghamshaghirdanidghamkabir.
a.       IdghamShaghiradalahidgham yang hurufpertamanyasukundariasal.
b.      IdghamKabiradalahidgham yang keduahurufnyasama-samaberharokat  kamudianhuruf yang pertamadisukunkanataumemindahharokathuruf yang pertamapadahurufsebelumya.
Adapunalasandikatakanidghamkabirkarnadalamidghamkabirterdapatduatahapan, yaitumensukunkandanmemasukkan (ادغام) sedangkandidalamidghamshaghirhanyamemasukkansaja.[3]

C.  HukumIdgham  
Hukumidghamterbagimenjaditiga, yaituwajib, bolehdantidakboleh.
1.      Idgham Yang Diwajibkan
Idghamdiwajibkandalamduahuruf yang satujenisapabilaberkumpuldalamsatukalimat, baikkeduanyaberharokatsepertiمَرَّ يَمُرُّ asalnyaمَرَرَ يَمْرُرُ , atauharuf yang pertamasukunsedangkanhuruf yang keduaberharokatsepertiمَدًّاdanعَضًّاasalnyaمَدْدَاdanعَضْضًا . adapunperkataanpenyairالحمد لله العَلِّيِّ اْلاَجْلَلِ , makatermasukkeadaandaruratdalamkalamsya’ir. sedangkan yang sesuaidengankaidahshorrofadalahالاَجَلِّ .
Kemudianapabilahuruf yang pertamadarikeduahuruf yang satujenisitusukun, makalangsungdiidghamkanpadahuruf yang keduatanpamelakukan  perubahansepertiشَدٍّdanصَدٍّasalnyaشَدْدٍdanصَدْدٍ. danapabilahuruf yang pertamaberharokat, makaharokatnyadibuang (disukunkan) kemudiandiidghamkanapabilahurufsebelumnyaberharokatatauberupahuruf mad sepertiرَدَّdanرَادٌّasalnyaرَدَدَdanرَادِدٌ , sedangkanapabilahuruf yang sebelumnyasukun, makamemindahkanharokatnyahuruf yang pertamapadahurufsebelumnyasepertiيَرُدُّasalnyaيَرْدُدُ .
Wajibmengidghamkanduahurufمثلين yang bersandingan yang manahurufpertamasukun, apabilaberadadalamduakalimat yang sepertisatukalimat, hanyasajaapabilahuruf yang keduaberupadlomir, makawajibmengidghamkansecaralafaddanpenulisan, sedangkanapabilahuruf yang keduabukanberbentukdlomir, makawajibmengidghamkansecaralafadsaja, seperti:سَكَتُّ، سَكَتَّـا، عَنَّا، عَلَيَّ، اكتُبْ بِالقلم، قُلْ له، استغفِرْ ربَّك.[4]
2.      Idgham Yang Diperbolehkan
Diperbolehkanmengidghamkanhurufatautidakmenghidghamkanhurufdalamempatkeadaan :
a.       Huruf yang pertamadariduahuruf yang sama (مثلين) berharokatsdangkanhuruf yang keduadisukunkandengansukun yang bukanasal (عارض) karena di jazemkandsb. contoh: لم يمُدَّ و مُدَّdenganmengidghamkandanلم يمدُدْdengantidakmengidghamkan, daninilebihbiak, demikian pula didalam al-Qur’an قال الله تعالى ” يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ” (النور : 35) وقال ” وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ ” (يونس : 88).
b.      Apabila ain (عين) fi’il dan lam (لام) fi’il suatu kalimat berupa ya’ (ياء) yang lazim serta ya’ yang kedua berharokat, contoh : عَيِيَ وحَيِيَ , maka boleh juga kita ucapkan dengan idgham : عَيَّ وحَيَّ .
c.       Apabila pada permulaan fi’il madli terdapat dua ta’ (تاء), contoh : تَتَابَعَ وتَتَبَّعَ , maka hukum idgham diperbolehkan serta menambahkan hamzah washol dipermulaannya agar tidak dimulai dengan huruf yang sukun, contoh : اِتَّابَع واِتَّبَع . kemudian apabila yang demikian adalah fi’il mudlorik, maka tidak boleh diidghamkan, bahkan diperbolehkan meringankannya (تخفيف) dengan membuang salah satu ta’nya, contoh : تَتَجَلَّى وتَتَلَظَّى menjadi تَجَلَّى وتَلَظَّى , contoh lain firmah Allah SWT. ” تنزل الملائكة والروح ” (القدر : 4) وقال ” نارا تلظى ” (الليل : 14) maksudnya تَتَنَزَّل وتَتَلَظَّى . dan yang demikian ini sering sekali digunakan.
d.      Dua huruf yang sama bersandingan dalam dua kalimat serta sama-sama berharokat, contoh : جعلَ لي وكتبَ بالقلم , maka boleh diidghamkan dengan mensukunkan huruf yang pertama :  جعلْ لي وكتبْ بالقلم , hanya saja dalam hal ini pengidghaman husus secara lafad bukan secara tulisan.[5]
3.      Tempat-Tempat Yang DilarangMelakukanIdgham
Tidakbolehmelakukanidghamdidalamtujuh (7) tempat :
  1. Apabilakeduahurufmitslainmenjadipermulaan kata, contoh : دَدَنٍ ودَدًا ودَدٌ ودَدَانِ وتَتَرٍ ودَنَنٍ .
  2. Keduanyaberadapadakalimatisim yang mengikutiwazanفُعَلٍ , contoh : دُرَرٍ وجُدَدٍ وصُفَفٍataumengikutiwazanفُعُلٌ , contoh : سُرُرٍ وذُلُلٍ وجُدُدٍataumengikutiwazanفِعَلٍ , contoh : لِمَمٍ وكِلَلٍ وحِلَلٍataumengikutiwazanفَعَلٍ , contoh : طَلَلٍ ولَبَبٍ وخَبَبٍ .
  3. Keduanyabaradapadawazan yang ditambahuntukdisamakan (denganwazanfi’ilruba’i) , baiktambahannyaadalahsalahsatudariduahuruftersebutataubukan, contoh : جَلْبَبَdanهَيْلَلَ .
  4. Hurufpertamadarihurufmitslainbersambungdenganhuruf yang menjadi target idgham (مدغم فيه) , contoh : هَلَّلَ ومهَلَّلٍ، شَدَّدَ ومشَدَّدٍ , apabiladalamcontohinimasihdiidghamkanlagi, makaakanterjadipengulanganidgham yang tidakdiperbolehkan.
  5. Dalamwazanأَفْعَلَ yang berfaidahta’ajjub, contoh : أَعْزَزْ بِالعِلْمِ ! وأَحْبَبْ بِهِ !  makatidakbolehdiidghamkanmenjadiأَعَزَّ بِهِ! وأَحَبَّ بِهِ! .
  6. Salah satunyadisukunkan (bukansukun yang asal) dikarenakanbertemudengandlomirrafa’ mutaharrik, contoh : مددْتُ، مددْنَا، مددْتَ، مددْتُمْ ومددْتُنَّ .
  7. Berapalafadsyad (شاذ)  yang tidakdiidghamkanoleh orang Arab sebagaimanatelahdijelaskandidepan.[6]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Idghomsecarabahasayaitumemasukkansesuatupadasesuatu yang lain. Sepertiperkataan orang arab “ أدغمت الثياب في الوعاء “. Adapunidghommenurutistilahnyayaitumemasukkanhuruf yang matikedalamhuruf lain yang sama, yang berharkatdengantanpaadapemisahantarahuruf yang pertamadanhuruf yang kedua. Sepertilafadzمدّ, شدّ- مدْد و شدْد.
2.      Pembagianidghomada 2: Idghomshoghirdanidghomkabir
3.      Sedangkanhukumidghamterbagitigayaituboleh, wajibdantidakboleh, yang manahalituditinjaudaribentukmasing-masingkalimat.
B.     Saran
Dari penulismakalahdiatas, secaratersuratmaupuntersirat, yang pastijauhdarikesempurnaan. Makadarisebabitu, penulismengharapkan saran parapembacagunauntukmemperbaikimakalahselanjutnya.






Oleh Haris Aghilil Anwar

[1]Muhammad bin Mukarram bin Madhur al-Afriqy al-Mishry, Lisan al-Arob, Bairut, juz 12, hal. 202
[2]M. SholihuddinShofwan, 2000, Al-Mabaadiu As-ShorfiahPengantar Al-Qowaid As-Shorfiah, Jombang : DarulHikmah, JuzAwal, hlm 114
[3]Musthafa al-Ghulayayni, Jami’ al-Durus al-Arabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, juz 2 hal.66-67
[4]Musthafa al-Ghulayayni, Jami’ al-Durus al-Arabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, juz 2 hal.67
[5]Musthafa al-Ghulayayni, Jami’ al-Durus al-Arabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, juz 2 hal.68 – 69
[6]Musthafa al-Ghulayayni, Jami’ al-Durus al-Arabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, juz 2 hal.70